Minggu, 18 Desember 2011

Analisis Kesalahan Morfologi

Anda masih ingat apa yang dimaksud dengan morfologi? Semoga masih ingat. Jika belum, Badudu (1976:15) mengemukakan bahwa “morfologi adalah ilmu bahasa yang mebicarakan morfem dan bagaimana morfem itu dibentuk menjadi sebuah kata”. Berbicara tentang morfem terbagi atas tiga macam morfem bebas seperti makan, minum, dan lain-lain, morfem terikat seperti berber, -kan, dan lain sebagainya, morfem unik, misalnya juang, tawa, dan sebagainya. Morfem bebas /makan/ digabung morfem terikat –an/ menjadi kata berimbuhan, misanya, makanan. Morfem bebas /minum/ mengalami pengulangan /minum-minum/ disebut kata ulang. Morfem bebas /mata/ digabung dengan morfem bebas /hari/ menjadi matahari disebut kata majemuk. Kaitannya dengan keperluan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi, menurut Badudu (1982) dan Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) terbagi atas tiga kelompok: (a) kesalahan afiksasi, (b) kesalahan reduplikasi, (c) kesalahan pemajemukan.

Kesalahan bidang afiksasi.
Kesalahan berbahasa dalam bidang afiksasi antara lain seperti yang dipaparkan berikut ini.
 (1) Afik yang luluh, tidak diluluhkan
Kaidah afiksasi awalan meN- manakala memasuki kata dasar yang dimulai huruf t, s, k, p harus luluh menjadi men-, meny-, meng-, dan mem- , misalnya meN- memasuki kata dasar tarik, satu, kurang, dan pinjam akan menjadi menarik, menyatu, mengurang, dan meminjam. Dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan: mentabrak seharusnya menabrak 
mempahat seharusnya memahat
mempabrik
seharusnya memabrik

(2) Afiks yang tidak luluh, diluluhkan
Afiks meN- memasuki kata asal atau kata dasar yang dimulai huruf kluster seperti transmigrasi dan prosentase tidak luluh misalnya mentrasmigrasikan dan memprosentasekan. Akan tetapi, dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan penggunaan kata berimbuhan seperti:
menerasmigrasikan seharusnya     mentransmgraskan
memerotes              
seharusnya     memprotes
memerakarsai        
seharusnya     memprakarsai

(3) Morf men- disingkat n,
Bentuk narik merupakan salah satu contoh kata dasar dari sekian kata dasar yang nonbaku. Kata dasar tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari kata tarik lalu mendapat awalan meN-, menjadilah kata menarik. Selanjutnya, dalam proses komunikasi hanya menggunakan narik padahal seharusnya menarik seperti dalam kalimat Saya belum menarik kesimpulan. Kata-kata yang tidak baku seperti itu adalah:
natap      seharusnya   menatap
nangis   
seharusnya   menangis
nabrak 
seharusnya    menabrak

(4) Morf meny- disingkat ny, misalnya:
Bentuk kata nyampakan, bukanlah kata dasar yang baku. Kata dasar tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari kata sampai lalu mendapat awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan menyampaikan. Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi hanya meng-gunakan nyampai atau nyampaikan padahal seharusnya menyampaikan. Contoh yang lain:
nyapu     seharusnya   menyapu
nyisir     
seharusnya   menyisir
nyusun  
seharusnya   menyusun

(5) Morf meng disingkat ng, misalnya:
Kata berimbuhan seperti ngoreksi bukanlah kata berimbuhan yang baku. Kata berimbuhan tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi alomorf meng-. Yakni dari kata koreksi lalu dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan mengoreksi. Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi hanya menggunakan ngoreksi padahal seha-rusnya mengoreksi seperti dalam kalimat Aminuddin mengoreksi pemerintah secara sopan. Kata berimbuhan lain yang tidak baku seperti itu, sebagai berikut:
ngarang    seharusnya   mengarang
ngantuk   
seharusnya   mengantuk
ngurung   
seharusnya   mengurung

(6) Morf menge- disingkat nge-
Kata dasar seperti ngebom bukanlah kata yang baku. Kata dasar tersebut muncul sebagai akibat kesalahan afiksasi alomorf menge-. Yakni, dari kata dasar bom lalu dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan mengebom. Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi masyarakat hanya menggunakan ngebom padahal seharusnya mengebom seperti dalam kalimat Syarifuddin berencana akan mengebom pantai Sanur. Contoh lain kata berimbuhan yang tidak baku seperti itu adalah sebagai berikut:
ngelap     seharusnya    mengelap
ngebom  
seharusnya    mengebom
ngecet    
seharusnya    mengecet
ngelas    
seharusnya    mengelas

Kesalahan morfologi segi reduplikasi
Salah satu betuk kesalahan morfologis dalam segi redukplikasi adalah perulangan bentuk dasar , misalnya ngarang-mengarang. Bentuk perulangan tersebut berdasar dari kata asal karang lalu mendapat awalan
meN- menjadilah mengarang. Selanjutnya, kata dasar mengarang mengalami proses reduplikasi ngarang-  mengarang, yang semestinya karang-mengarang seperti dalam kalimat Mereka belajar tentang karangmengarang di sekolah. Kata ulang lain yang biasa ditemukan seperti itu adalah sebagai berikut:
ngejek-mengejek               seharusnya     ejek-mengejek
ngutip-mengutip               
seharusnya     kutip-mengutip
ngunjung mengunjungi    
seharusnya    kunjung-mengunjungi

Kesalahan morfologis segi proses pemajemukan
(1) Kata majemuk yang seharusnya disatukan tetapi dipisahkan
Kata majemuk yang ditulis terpisah seperti pasca panen, ekstrakurikler, adalah kata majemuk yang nonbaku. Kata tersebut semestinya ditulis serangkai seperti pascapanen dan ekstrakurikuer. Karena kata-kata: pasca, ektra, antar , infra, intra, anti, panca, dasa, anti, pra, proto, mikro, maha, psiko, ultra, supra, para, dan sebagainya adalah kata-kata yang harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh kata majemuk yang seharusnya ditulis serangkai tetapi ditulis terpisah adalah sebagai berikut.
anti karat                 seharusnya    antikatrat
ekstra kurikuler                            ekstrakurikuler
antar universitas                          antaruniversitas
psiko terapi                                   psikoterapi
supra segmental                           suprasegmental
proto tipe                                      prototipe
para medis                                    paramedis
pramu niaga                                 pramuniaga
infra struktur                               infrastruktur
mikro film                                    mikrofilm

 (2) Kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan
Kata majemuk yang ditulis serangkai seperti ibukota, anakasuh, kepala kantor, butahuruf, hakcipta, jurumasak adalah contoh kata majemuk yang semestinya ditulis terpisah seperti ibu kota, anak asuh, kepala kantor, buta huruf, hak cipta, juru masak. Karena, kedua kata tersebut masingmasing adalah kata dasar yang tergolong morfem bebas. Contoh kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan adalah sebagai
berikut.
aducepat            seharusnya     adu cepat
ibuangkat                                ibu angkat  
kerjabakti                               kerja bakti
obatnyamuk                           obat nyamuk
Apakah Anda sudah memahami dengan baik materi di atas? Semoga, karena Anda adalah pebelajar yang tekun dan cerdas! Kalau sudah, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap materi subunit 1 ini cobalah kerjakan latihan berikut.
1. Analisis kesalahan berbahasa yang terdapat dalam dialog berikut dari segi
fonologi/pelafalannya.
Rudy : “Kafan kita kak jalan-jalan bersama paman di pante pulo
            Lumpue sambil makang ikan bakar?”
Tina   : “Saya masih sibuk mengurusi adikku yang sakit polio”
Rudy  : “Moga-moga bulan depan ada waktu kakak, sudah lama saya
            tida ke pulo kamerang!”
Rudy  : “Menurut Tina yang bagus pulo Lumpue daripada Kamerrang?”
Tina    : “ Pada hakekatnya, sejak jaman dulu Kamerang lebi seju’
            karena anya bilohi lautnya yang menawan..”
2. Analisislah kesalahan yang terdapat pada kalimat berikut dari segi morfologi
(afiksasi, perulangan, dan pemajemukan
- Dia sudah nyusun laporan pertangungan jawab keuangan koperasi.
- Arkadilah mencari ikan di laut dengan cara ngebom di tengah laut.
- Pemerintah galakkan semangat anti narkoba di kalngan pemuda.
- Jangan mengenyampingkan pendidikan matematika dan bahasa.
- Mereka sedang giatnya mempelajari ngarang-mengarang cerpen.

Rambu-rambu pengerjaan latihan.
1. Untuk mengerjakan latihan nomor satu Anda perlu mengingat aspek yang berkaitan dengan lafal yang baku, jika bingung buka kamus bahasa Indonesia.
2. Untuk mengerjakan latihan nomor dua, perhatikan hakikat proses afiksasi, pemajemukan, dan perulangan serta aspek-aspeknya masingmasing.
3. Agar pekerjaan Anda bisa benar dalam mengerjakan latihan bagian ketiga, perhatikan hakikat frasa, klausa dan kalimat serta jenisnya dan contohnya masing-masing.
4. Sebelum Anda mengerjakan latihan bagian keempat, cermati sungguhsungguh lebih dahulu pengertian gejala hiperkret dan pleonasme dan contohnya masing-masing.

Rangkuman
Kesalahan berbahasa yang relatif dilakukan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain, antara lain dapat disebabkan dari segi fonologi dan morfologi.
(1) Kesalahan dalam bidang fonologi pada umumnya berupa: fonem /n/ dilafalkan /ng/ fonem /t/ pada akhir kata dilafalkan /’/ fonem /e/ dilafalkan /E/, fonem /E/ dilafalkan /e/, fonem /u/ dilafalkan /o/, fonem /i/ dilafalkan
/E/, fonem /ai/ dilafalkan /E/ atau /Ei/ , fonem /g/ dilafalkan /h/ atau /j/, penambahan atau penghilangan fonem /h/ pada awal atau akhir kata, fonem /f/ dilafalan /p/, fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/, .
(2) Kesalahan dalam bidang morfologi relatif dalam bentuk:
(a) afiksasi, seperti: afik yang luluh, tidak diluluhkan, afiks yang tidak luluh, diluluhkan, morf men- disingkat n. Morf meny- disingkat ny, morf meng disingkat ng, morf menge- disingkat nge.
(b) proses reduplikasi, seperti pengulangan bentuk dasar yang salah.
(c) proses pemajemukan, seperti kata majemuk yang seharusnya disatukan penulisannya tetapi dipisahkan, kata majemuk yangseharusnya dipisahkan penlisannya tetapi disatukan.

2 komentar:

  1. Tulisannya sangat bermanfaat, tapi sebaiknya harus disertakan pula daftar pustaka dari buku-buku yang dijadikan referensi, kan di atas ada keterangan " menurut Badudu (1976:15)", itu dalam buku apa?

    BalasHapus