Minggu, 18 Desember 2011

SASTRA DAN BUDAYA

Cinta 4 ½ Malam
0leh: Naura

Kalau cinta satu malam kayaknya terlampau singkat untuk kisah kita, diperlukan 4 ½ malam untuk bisa memastikan rasa ini. Bahwa ada rasa yang sempat ada dan bersemi di perjalanan singkatku bersamamu dan yang pasti ada hati yang akan tersiksa oleh sebuah rasa penasaran dan rindu yang terpendam tentang aku, kamu, dan cinta.

Seakan tak percaya, pesawat ini telah membawa kita terbang kedunia yang berbeda, besok pagi ketika aku membuka mata, maka sosokmu lah yang pertama akan kulihat dan akan bersama seiring waktu yang singkat ini. Kulihat Bandara Haluoleo semakin mengecil dan perlahan hilang ditelan awan-awan putih di udara. Rumah dan pertokoan semaki mengecil dan tampak indah berjejer bak ular yang tak ada putusnya. Semakin yakinlah aku bahwa aku sekarang bersamamu dan tak pernah kusangka akan bersamamu selama 4 ½ hari itulah sosokmu yang akan bersamaku.
Tiap menit! Selalu dan selalu disampingmu. Tak ada lagi penghalang, tak ada lagi batas diantara kita, hanya seatbelt yang melintang menjadi antara. Kulirik muka usil itu yang terdiam, dan tanpa kuduga sama sekali sebuah tangan hangat menggenggam jariku yang tergeletak pasrah di samping hand bangku. Semakin keras genggaman itu, semakin kentara pula senyum usilmu. Dengan rasa ragu kubalas genggaman itu seakan berkata dalam hati apapun yang terjadi ke depan aku siap dengan semua resiko. DEMI KAMU.
Perasaan lelah dan de-degan mewarnai perjalananku selama tiga jam itu, ada rasa bebas yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dalam artian inilah pribadiku sekarang, tanpa ada yang ditutup-tutupi, tanpa ada rasa yang terpendam dan aku bisa berekspresi dengan bebas tentang sayangku padamu. Tanpa takut seseorang akan melirik kita, tanpa takut menjadi bahan gosipan empuk buat para peri gosip kantor.
Jadi merasa seperti putri, dari caramu memperlakukan aku. Caramu membangunkan aku di pagi hari yang melalui perjuangan juga. Karena kita beda tempat. Caramu memberikan aku perhatian. Memasakkan makanan kesukaanku, membawakan barang-barang seminarku yang begitu banyak dan yang pasti beratus-ratus hal konyol yang aelalu membuatku merasa kamu itu sosok unik dan very-vey gentleman walaupun dalam rombongan kita banyak, namun perhatianmu hanya tertuju satu hanya padaku.
Malam pertama di Jakarta, ditempat kita beristirahat menunjukkan pukul 02.00 pagi, mataku tak bisa terpejam. Kulirik anggota rombongan telah tertidur lelap, Cuma dibatasi dengan sebuah sofa tinggi kulihat sosokmu tengah asyik memperhatikan Rihanna beraksi di layar kaca, tatapanmu kosong dan yang pastinya kuyakin kamu juga gelisah tentang keadaanku. Kuberanikan diri berjalan diantara para anggota menuju sofa empuk tempatmu sambil memeluk sebuah bantal putih.
“kamu belum tidur?” tanyanya. Matanya tidak terlepas dari layar kaca, sambil memainkan remote TV. Aku menggeleng, tidak ada suara keluar dari bibirku yang ada hanya sebuah senyum manja dan aku semakin mempererat pelukanku pada bantal. Serasa jantungku dangdutan tidak karuan.
Dengan berlahan ia meletakkan remote, dan bergeser kearah tempatku duduk, sebuah sofa panjang. Merengkuhku pelan, diambilnya bantal di pangkuanku dan meletakkannya di pangkuannya dengan perlahan direbahkannya kepalaku di pangkuannya sambil membelai pelan kepalaku. Ya Tuhan. Apa aku bermimpi? Lama rasa ini tidak pernah kualami. Yang aku tau rasa ini telah terlupa selama lima tahun.
Hatiku berdisko ria, kulirik mukanya perlahan, tak ada ekspresi lurus dan terpaku pada acara musiknya. Kunikmati rasa ini perlahan dan tak terasa aku terlelap. Pulas sekali.
Sebuah kecupan ringan di rambutku, membuatku terbangun. Dengan perasaan kaget dan takut bercampur aduk. Kuperhatikan jam, baru menunjukkan pukul 05.14 pagi. Kulihat posisi tidurku yang begitu nyamannya di sofa empuk dengan selimut tipis putih dan meringkuk, kualihkan pandanganku pada semua peserta yang bersamaku, masih tertidur lelap hanya sebagian saja yang sudah bangun dan asyik nongkrong di balkon samping sambil menikmati uadara pagi hari di ibu kota ini. Kulihat sosokmu masih dengan ekspresi yang sama dengan tadi malam. Acara musik itu masih setia beraksi, Cuma kali ini tampak secangkir kopi di depanmu. Uapnya wangi menggunggah indra penciumanku.
“Mau?” tanyanya pelan. Aku mengangguk malu. Dengan perlahan ia bangkit memberikan cangkir kopinya padaku, sambil berlalu ke pantry dan membuat kopi baru dan duduk kembali ketempatnya sambil tersenyum usil. Di mulutnya mungkir kata tanpa bersuara. “selamat pagi”
Hari-hari yang apdat seakan semakin meyakinkan bahwa semua perhatiannya hanya untukku. Seminar yang melelahkan dengan materi yang banyak dan menumpuk menjadikan waktu semakin singkat, tujuh jam sehari habis di aula, bersama orang-orang baru dan perhatian-perhatian kecilmu. Hanya di malam harilah disaat semua peserta asyik dengan hiburannya masing-masing kita bisa dengan leluasa bercerita dan berbagi kisah, bertingkah konyolpun selalu menjadi bagian dari malam-malam kita.
Menghabiskan malam-malam dengan duduk berdua di depan layar kaca, sambil mengunyah buah kita berdebat, hampir tiap waktu kita bertengkar dan tak jarang pertengkaran itu akan dengan spontannya akan merubahmu menjadi sosok yang lebih romantis dan always romantis. Kadang kau mengajariku memasak di pantry, membuatkanku sarapan, menemaniku bagadang saat insomnia melandaku, menggangguku saat aku sedang serius, menemaniku makan es krim di loby sambil menggodaku, memberiku obat saat aku mulai mengeluh   letih, menyuapiku makan kala jariku asyik menari di atas laptop. Dan itu kamu lakukan setiap malam bersamaku....
Apa yang menariknya dari kamu???
Aku tak tahu, semua orang bilang kalau kamu adalah manusia biasa, kadang kasar, kadang tidak tahu aturan, play boy dan yang pasti type badboys yang urakan, dan slengean. Tapi aku hanya mau jujur bahwa bagiku kamu bukanlah manusia seperti itu, yang aku rasakan hanyalah seseorang yang pengertian, usil, manja, dan kanak-kanakan. Tapi selebihnya kamu adalah sosok yang tangguah, pekerja keras dan romantis. Tapi entahlah, itu mungkin hanya perasaanku mabuk kepayang pada seseorang yang menjadikan orang itu buta, dan semuanya begitu indah dan sempurna untuk orang yang disukainya. Kita bukan remaja yang berusia belasan tahun yang selalu berpura-pura tentang rasa suka menyukai.
Tiap jam, tiap menit bahkan detik seakan selalu siap menorehkan kenangan manis dan lucu untukku. Semuanya seakan sempurna untuk empat hari yang singkat. Semua keterbatasan kita tentang rasa pudar dengan sendirinya. Kini kita dekat dengan akhir cerita yang tak tertebak.
144 jam kemudian
Kuhirup uadara malam Kendari dengan perasaan getir, ada rasa yang berkecamuk. Hari ini kuinjakkan kembali kakikku di bandara Haluoleo yang sempat memberikan harapan indah tentang kebersamaan kita yang singkat, dan kali ini disini pula seprertinya kisah itu harus kita akhiri. Bukan karena apa dan bagaimana tapi?
168 jam kedepan...
Kulihat wajahmu di kantor, sama sekali tak ada berubah, yang ada hanya sikapmu yang kaku dan tidak agresif padaku. Kembali pada semula. Aku sudah yakin jauh sebelum kita kembali kerutinitas kita, jauh sebulum seminar itu berakhir. Aku yakin dan pasti dengan feelingku, bahwa semua itu hanya kisah cinta 4 ½ hari yang harus kulalui bersamamu, menjadi sedikit romantika dalam 24 tahun usiaku. Dan yang kuyakini sekarang, semua itu tak kan pernah terulang dan takkam pernah kusesali itu.
Seminggu, dua minggu aku bisa bertahan dengan dikap biasamu, namun katiku menjerit aku rindu dengan semua tingkahmu, aku rindu perlakuanmu dan yang pasti aku rindu dengan apa yang telah terjadi antara aku dan kamu. Aku rindu dengan wajah memohonmu padaku, aku tindu dengan telponmu yang tak pernah bosan-bosannya berdering menanyakan kabarku, aku rindu dengan keusilanmu terlebih aku rindu dengan tingkah manjamu padaku. Walaupun dalam hati aku menebak bahwa aku hanya bagian dari cinta sesaatmu, tapi aku senang pernah menjadi bagian dari hatimu.
Lamunanku terhenti, ...
Sebuah motor matik berhenti tepat di depanku yang tengah asyik bermain dengan pikiranku sendiri, hampir saja aku terlonjak dari tempat dudukku yang lumayan tinggi tepat di depan pagar kantor. Orang itu membuka helm dan aku tersenyum manis. Dengan langkah gontai aku naik diboncengannya dan perlahan motor itu melaju pelan.
Sempat kulirik diseberang jalan kulihan sosokmu sedang duduk santai dengan seorang gadis berambut sebahu, terasa ada yang perih tertusuk di hatiku. Perihhh sekali!
Itulah alasan mengapa aku tak bersama dia, itulah alasan kenapa kita tidak bisa bebas untuk saling berbagi, dan itulah alasan kenapa aku tidak bisa bebas memilikinya. Aku mencintainya namun aku telah memiliki seseorang, begitupun sebaliknya. Dia telah memiliki belahan jiwa, tidak mungkin kita mengorbankan dua orang hanya karena cintayang datang dan tak diduga. Biarlah rasa itu kusimpan untuk kita. Hanya untuk kita.
“Aku tak tahu, apa yang kurasakan dalam hatiku, saat pertama kali melihatmu.. Berikan cintamu, juga sayangmu. Percaya padaku, kukan menjagamu hingga akhir waktu menjemputku....****
    Kendari Pos. 4 Desember 2011

1 komentar:

  1. Buy T-Shirt with Titanium Wedding Band for Men
    Get titanium cerakote the best fallout 76 black titanium value titanium fishing pliers on T-Shirt with T-Shirt with titanium rod in femur complications Titanium Wedding Band for Men with 3 different styles at one of the world's anodizing titanium best affordable online shopping.

    BalasHapus